Proses Mengisolasi Parasit yang Menghasilkan Benda Cantik nan Mahal

Ketika manusia terinfeksi kuman, tubuhnya akan mengeluarkan antiodi untuk melawan kuman tersebut. Proses ini mirip dengan yang dilakukan tiram mutiara saat ada benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Alih-alih menjadi borok bernanah seperti yang terjadi pada manusia, tiram justru menghasilkan mutiara yang cantik dan berharga.
Akan tetapi proses sejak masuknya benda asing (iritan) ke dalam tubuh tiram, hingga menghasilkan mutiara dengan ukuran yang diinginkan, membutuhkan waktu rata-rata-tiga tahun. Jika kurang dari itu, maka lapisan nacre-nya akan tipis dan mudah rontok. Nacre adalah zat yang melapisi benda asing itu secara bertahap.
Dengan kian banyaknya permintaan, kini sudah jarang mutiara yang dihasilkan secara alami. Tiram Mutiara sekarang bahkan sengaja diternakan untuk kemudian pada saat usianya telah cukup (tiga tahun) dapat mulai diaplikasikan dengan memasukkan benda asing secara sengaja ke dalam inti (nukleus) tiram; suatu proses yang disebut “mother of pearl”.
Dengan cara ini, bentuk Mutiara bahkan bisa diatur sesuai dengan bentuk benda asing yang dimasukan ke dalamnya. Untuk kualitas prima, waktu yang dibutuhkan rata-rata hingga tiga tahun. Sedangkan yang berkualitas lebih rendah sering kali dipanen terlalu cepat (kadang-kadang setahun atau kurang) dan memiliki lapisan nacre yang tipis.

Laman Pearls.com menyebutkan, dalam proses yang alami, benda asing yang masuk ke dalam inti tiram biasanya bukan pasir, melainkan parasit. Sebagai mekanisme pertahanan, tiram mengeluarkan cairan khusus (nacre) yang digunakan untuk melapisi iritan tersebut, lapis demi lapis, selama bertahun-tahun, hingga mutiara terbentuk sempurna.
Mutiara dapat dihasilkan dari tiram air laut (asin) dan air tawar. Pearl.com menyebutkan, secara historis mutiara air asin lebih bulat dan memiliki nacre yang lebih baik daripada mutiara air tawar. Sementara itu bentuk mutiara air tawar cenderung tidak teratur, dengan kasus paling lazim adalah kembung tak merata.
Namun, upaya perbaikan dalam teknik budidaya mutiara air tawar telah mempersempit kelemahan itu, sehingga dapat menghasilkan mutiara yang lebih besar dan kilau yang lebih indah. Berbeda dengan mutiara air laut, warna mutiara tawar tampak lebih monoton mulai merah muda, agak peach, dan agak abu-abu.
Sedangkan mutiara air laut memiliki warna berunsur putih dan keemasan sehingga lebih beragam. Dari unsur putih muncul warna putih, krem, merah muda, kebiruan, kehijauan, dan perak. Dari unsur keemasan menghasilkan warna kuning dan keemasan. Tak heran jika mutiara air laut berharga lebih mahal. Di pasaran dalam kondisi telah dikemas, harganya mulai Rp 5-13 juta per butir.
Karena mutiara asli cukup mahal, maka sejumlah pihak memproduksi mutiara imitasi. Dalam praktiknya banyak pihak untuk mencari keuntungan menyebutkan Mutiara palsu ini sebagai asli. Cara membedakan mutiara asli dan palsu bias dengan digigit. Mutiara asli akan terasa berpasir, sedangkan mutiara imitasi jika digigit akan melucur alias licin.

Proses budidaya mutiara laut menurut laman Originalmutiara.com, pertama kali dipraktikkan oleh ilmuwan Jepang bernama Mikimoto pada tahun 1943. Landasan utama pemikiran sang ilmuwan berangkat dari ketersediaan stok butir mutiara laut asli (non budidaya) pada saat itu sudah mulai sulit ditemukan alias stoknya sudah mulai berkurang, hampir punah. Sedangkan dari waktu ke waktu minat dan permintaan mutiara semakin bertambah.***