Studi: Karakter Psikopat di Tempat Kerja Lebih Banyak Merugikan

Kepribadian psikopat kadang dipandang sebagai hal yang diinginkan di lingkungan kerja, namun penelitian menunjukkan mereka lebih banyak merugikan daripada membawa kebaikan. Ada bukti yang menunjukkan bahwa psikopat sangat umum terjadi di lingkungan perusahaan.
Studi menunjukkan –tergantung dari mana melihatnya– satu dari lima manajer perusahaan menyembunyikan kecenderungan psikopat. Mereka menggunakan kepribadian tertentu untuk memikat dan memanipulasi situasi agar keinginan mereka di tempat kerja tercapai.
Penelitian yang dilakukan psikolog asal New York, Paul Babiak, ini, telah menunjukkan bahwa hingga 4% pemimpin usaha di AS bisa menjadi psikopat. Studi lainnya bahkan menemukan, antara 3-21persen kalangan manajer terindikasi psikopat secara klinis, dibandingkan dengan 1% populasi umum.

Angka-angka ini memberi gambaran bahwa sejumlah pemimpin perusahaan bisa kejam dengan memanfaatkan orang lain demi ambisi pribadinya.
Penelitian Babiak ini menunjukkan jumlah yang meningkat dibanding penelitian yang dilaporkan Guardian pada 2011. Waktu itu disebutkan bahwa kecenderungan manajer psikopat mencapai 1 berbanding 25.
Babiak mengungkapkan, psikopat bukan tipe orang yang kita kira itu adalah mereka. “Anda bisa tinggal dengan atau menikahi seseorang selama 20 tahun atau lebih dan tidak tahu orang itu adalah seorang psikopat,” ujar Babiak.
Babiak mengatakan, dia telah mengidentifikasi individu yang mungkin diberi label “the success psychopath”. Ada faktor-faktor yang dicari dari seorang pemimpin, dimana seorang psikopat dapat meniru dengan mudahnya, ujar Babiak. “Kecenderungan alami mereka adalah menjadi menawan.”
Sementara itu studi terbaru yang dilakukan di Universitas Denver dan Universitas California, Berkeley, AS, menunjukkan, manajer hedge fund yang mencetak skor lebih tinggi dalam tes psikopatik, memiliki kinerja lebih buruk dari rekan mereka.
Mereka membandingkan ciri kepribadian dari 101 manajer hedge fund yang mengelola investasi dan pengembalian finansial dalam kurun 2005-2015. Hasilnya, mereka dengan kecenderungan psikopat lebih tinggi, menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih rendah.
Leanne ten Brinke, penulis utama penelitian dan asisten profesor psikologi di Universitas Denver, percaya bahwa saatnya sekarang memikirkan kembali asumsi lama bahwa sifat kejam adalah karakter yang menguntungkan untuk berada di lingkungan kerja.
“Temuan kami konsisten dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa individu dengan ciri psikopat lebih banyak bicara daripada bekerja.” Pribadi psikopat lebih cenderung mendapatkan kekuasaan melalui dominasi, pembulian, dan intimidasi, bukannya melalui sikap respek,

tambahnya.***