
Studi: Takut pada Perubahan Iklim Dapat Picu Depresi pada Remaja
Masa remaja dikenal dengan sikap yang menantang dan perubahan suasana hati yang dramatis. Tetapi selama dekade terakhir, karakteristik yang jauh lebih mengganggu telah meningkat: depresi. Kurang tidur, media sosial, dan ketakutan pada perubahan iklim dianggap pemicu.
Satu studi baru menemukan bahwa salah satu penyebabnya terindikasi akibat asupan makanan cepat saji yang tinggi, sementara pola makan nabati rendah. Ketika para peneliti di Universitas Alabama di Birmingham (UAB) menganalisis urin dari sekelompok siswa sekolah menengah, mereka menemukan kadar natrium yang tinggi dan kadar kalium yang rendah.
“Natrium tinggi, (artinya) Anda harus memikirkan makanan yang sangat diproses,” kata pemimpin penulis, Sylvie Mrug, ketua departemen psikologi di UAB, seperti dilansir laman CNN. “Ini termasuk makanan cepat saji, makanan beku, dan makanan ringan yang tidak sehat.”
Kalium rendah, tambah Mrug, adalah indikasi diet yang tidak mengandung buah dan sayuran sehat yang kaya akan kalium, seperti kacang-kacangan, kentang, bayam, tomat, pisang, jeruk, alpukat, yogurt, dan bahkan salmon.
Studi ini juga menemukan bahwa kadar natrium yang lebih tinggi, dan kalium pada kadar awal, memprediksi lebih banyak tanda-tanda depresi satu setengah tahun kemudian, bahkan setelah menyesuaikan dengan variabel seperti tekanan darah, berat badan, usia, dan jenis kelamin.
“Temuan penelitian ini masuk akal, karena makanan kaya kalium adalah makanan sehat,” kata ahli diet, Lisa Drayer, seorang kontributor kesehatan dan nutrisi CNN.
“Jadi, jika remaja memasukkan lebih banyak makanan kaya kalium dalam diet mereka, mereka kemungkinan akan memiliki lebih banyak energi dan merasa lebih baik secara keseluruhan, yang dapat mengarah pada rasa kesejahteraan yang lebih baik dan peningkatan kesehatan mental.”
Media Sosial dan Ketakutan pada Perubahan Iklim
Depresi di kalangan siswa sekolah menengah meningkat. Sebuah analisis data nasional menemukan tingkat episode depresi utama di antara anak-anak 12 hingga 17 dalam tahun lalu telah meningkat sebesar 52% antara tahun 2005 dan 2017.
Tingkat depresi, tekanan psikologis dan pikiran untuk bunuh diri selama setahun terakhir di kalangan remaja yang lebih tua dan dewasa muda, bahkan lebih tinggi: 63%.
Banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap tren mematikan ini di kalangan remaja, termasuk kurang tidur kronis, terlalu sering menggunakan media sosial, bahkan ketakutan akan perubahan iklim.
Penelitian sebelumnya juga menemukan hubungan antara makanan cepat saji, makanan olahan yang dipanggang dan depresi pada orang dewasa.
Satu studi di Spanyol yang diikuti hampir 9.000 orang selama enam tahun, menemukan risiko depresi 48% lebih tinggi pada mereka yang makan lebih banyak makanan olahan.
Sebuah meta-analisis penelitian dari Amerika Serikat, Spanyol, Prancis, Australia, Yunani, dan Iran, juga menemukan “hubungan kuat” antara diet dan depresi. Hasil penelitian mereka menunjukkan orang yang menghindari diet makanan yang sangat diproses, dan mengikuti diet Mediterania dengan buah-buahan segar, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sedikit daging merah atau makanan olahan, telah mengurangi risiko depresi.
Diperlukan Penelitian Lebih Lanjut
Studi baru itu kecil, hanya 84 anak perempuan dan laki-laki sekolah menengah, 95% orang Afrika-Amerika dari rumah berpenghasilan rendah. Tetapi metodenya padat: Mereka mengambil sampel urin semalam untuk menguji secara objektif natrium tinggi dan kalium rendah pada awal dan sekali lagi satu setengah tahun kemudian.
Gejala depresi dikumpulkan pada kedua kesempatan selama wawancara dengan anak-anak dan orang tua mereka. Tetapi penelitian ini hanya dapat menemukan hubungan antara natrium dan depresi, bukan sebab dan akibat, dan masih banyak penelitian yang perlu dilakukan, kata Mrug.
“Mungkin juga benar bahwa pola makan yang buruk dapat dikaitkan dengan faktor risiko lain untuk depresi, seperti isolasi sosial, kurangnya dukungan, kurangnya sumber daya, dan akses ke perawatan kesehatan dan penyalahgunaan zat,” kata Drayer.***